Perjalanan bersama Ilmu Amaliah dan Amal Ilmiah Menyambut Pecinta Kesucian jiwa mengarungi Lautan Tanpa Tepi Mencari Barokah dan Menabur Barokah untuk Sesama.

Rabu, 25 Januari 2012

Tasawuf itu ihsan
Saudara-saudaraku yang budiman, jangan tertipu oleh dakwaan sebahagian orang bahwa tasawuf tidak ada di dalam alquran. Tasawuf itu ada di dalam alquran, hanya saja ia tersirat. Sebagaimana tersiratnya dilalah-dilalah hukum di balik nash-nash alquran begitu pula isyarat-isyarat tasawuf banyak tersembunyi di sebalik lafazh-lafazh alquran. Bukan ianya hendak disembunyikan Allah dari semua orang, tetapi agar ada usaha dan upaya untuk melakukan penggalian terhadap sumber-sumber ilahiyah yang dilakukan oleh jiwa-jiwa yang intibah. Di situlah akan muncul ijtihad dan mujahadah yang mengandung nilai-nilai ibadah (wa ma kholaqtul jinna wal insa illa liya'buduni).
Tasawuf itu akhlaq (innama bu'itstu li utammima makarimal akhlaq); berusaha mengganti sifat-sifat madzmumah (takhalli) dengan sifat-sifat mahmudah (tahalli). Kedua proses ini sering disebut dengan mujahadah. Para Rasul, Nabi, dan orang-orang arif sholihin semuanya melalui proses mujahadah. Mujahadah itu terformat secara teori di dalam rukun iman dan terformat secara praktek di dalam rukun Islam. Pengamalan Iman dan Islam secara benar akan menatijahkan Ihsan. Ihsan itu adalah an ta'budallaha ka annaka tarah (musyahadah), fa in lam takun tarah fa innahu yarok (mur'aqobah). Ihsan inilah yang diistilahkan dengan ma'rifat. Ma'rifat itu melihat Allah bukan dengan mata kepala (bashor) tetapi dengan mata hati (bashiroh). Sebagaimana kenikmatan ukhrowi yang terbesar itu adalah melihat Allah, begitu pula kenikmatan duniawi yang terbesar adalah melihat Allah.
Dengan pemahaman tasawuf yang seperti ini, insya Allah kita tidak akan tersalah dalam memberikan penilaian yang objektif terhadap tasawuf. Itulah yang dimaksud oleh perkataan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah; "Dan kami tidak mengingkari tarekat sufiyah serta pensucian batin daripada kotoran-kotoran maksiat yang bergelantungan di dalam qolbu dan jawarih selama istiqomah di atas qonun syariat dan manhaj yang lurus lagi murni." (Al Hadiah As-Saniyah Risalah Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abd. Wahhab hal.50 dalam kitab Mauqif A'immah Harakah Salafiyah Cet. Dar Salam Kairo hal. 20).
Adapun praktek-praktek yang menyimpang dari syariat seperti perdukunan, zindiq, pluralisme, ittihad dan hulul yang dituduhkan sebahagian orang; itu adalah natijah daripada tasawuf, maka itu tidak benar, sangat jauh dari apa yang diajarkan oleh tokoh-tokoh sufi; Imam Junaid Al-Baghdadi, Imam Ghazali, Imam Ibnu Arabi, Imam Abd. Qadir Al-Jailani, Imam Abu Hasan Asy-Syadzili, Imam Ibnu Atho'illah As Sakandari, Imam Sya'roni, Imam Suyuthi, Syaikh Abdul Qadir Isa dan imam-imam tasawuf lainnya qaddasallahu sirrahum.
Tasawuf juga adalah suatu ilmu yang membahas jasmani syariat dari sisi lain. Sisi lain yang dimaksud adalah sisi ruhani. Kalau fiqih membahas syariat dari sisi zhohir, maka tasawuf dari sisi batin. Sholat misalkan, ilmu tentang rukun, syarat dan hal-hal yang membatalkan sholat itu dibahas dalam ilmu fiqih. Adapun ilmu tentang khusyu' hanya dibahas dalam ilmu tasawuf. Wallahu a'lam
Sumber: http://sufimedan.blogspot.com

Senin, 23 Januari 2012

Rasulullah Saw juga bertawasul,berziarah dan Kirim doa kubur....
Oleh Gus Zimam Hanif di Asy-Syarifiyyah Pekalongan •
Dari Sahabat Anas bin Malik Ra meriwayatkan....Setelah selesai membuat liang lahad,maka Rasulullah Saw tidur miring di dalamnya dan berdo'a : "Allah lah Dzat yg menghidupkan dan mematikan,Dia yang Maha Hidup tidak akan Mati,Semoga engkau mengampuni Ibundaku Fatimah binti Asad,tuntunlah hujjahnya/jawabanya,luaskan kuburnya,dengan Haq Nabi-Mu dan Nabi-Nabi sebelum ku,Sungguh engkau Dzat yang Maha pengasih dan Penyayang.kemudian beliau Takbir empat kali.Lalu beliau,Sayyidina Abbas bin Abd Mutholib dan Sayyidina Abi Bakar As-Siddiq yg kemudian memasukan Jenazah.
Hadist tadi banyak di muat di kitab2 hadist,baik 'Kutub As-Sittah'atau yg lainya seperti Riyyad As-Sholihin,Al Adzkar karya Imam An Nawawi dst,dari hadist diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan:
1.Rasulullah Saw 'mendo'akan' orang yg wafat yaitu Sayyidah Fathimah binti Asad atau bibi nya,Istri Abu Thalib dan Ibunya Imam Ali bin Abi Thalib Kw,yg berarti mendoakan orang yg sudah wafat atau kirim Doa Kubur atau Ziarah Kubur itu tidak hanya boleh bahkan Sunnah Nabi Saw.
2.Nabi Berdo'a dengan mengucapkan kalimah '..Dengan Haq Nabi-Mu..' berarti Nabi Saw ber'tawasul' dengan kemulia'anya sebagai seorang Nabi untuk berdoa kepada Allah Saw,kalau Nabi Saw aja bertawasul dengan kemulia'anya sebagai Nabi,sebab derajat kenabian murni dan mutlak hak Allah Swt,tidak bisa di dapatkan dengan ikhtiar apapun,maka Nabi Saw bertawasul dengan Hak dan Kemuliaan Kenabian yg di anugrahkan kepada beliau,maka kalau Nabi Saja bertawsul bagaimana dengan kita...
3.Nabi Saw di samping bertawasul dengan Derajat Kenabianya sendiri,beliau juga bertawasul dengan para Nabi sebelum beliau dengan ucapan do'anya: ''...dan Dengan Haq kemuliaan Nabi-Mu dan para Nabi sebelum ku..'',ucapan ..''dan para Nabi sebelum ku..'' mempunyai pengertian:
a.bahwa Nabi Saw juga bertawsul kepada orang lain yaitu para Nabi sebelum beliau
b.bahwa tawasul terhadap orang yg sudah meninggal/wafat tidak hanya boleh tapi sunah nabi saw,
dan bukankah para Nabi tersebut sudah Wafat,kalau menyebut nama orang2 mulia seoerti para Na
bi,Wali-wali,Ulama dan Sholihin walaupun sudah wafat tidak ada manfaat bahkan di annggap 'bid'ah
dan Syirik' bagaimana dengan redaksi doa Nabi Saw tersebut
c.kalau Nabi Saw sebagai Mahluk paling Mulia paling Dekat dengan Allah Saw yg bahkan di dalam ban
nyak hadist di jelaskan terciptan nya Dunia dan isinya ini bhkan sampai surga dan neraka adalah dari
Nur/Cahaya nya beliau,bahkan seluruh para Nabi sebelum beliau dan Umat-umatnya di'tuntut'oleh
Allah untuk mengakui/bersyahadat atas kenabian dan Kerasulan beliau,sementara beliau belum di
lahirkan,betapa kemuliaan beliau yg sedemikian rupa,namun dalam berdo'a belaiu sering kali meren
dahkan hati/bertawadhu dengan bertawsul kepada para Nabi sebelum beliau,terus bagaimana deng
an kita yang selalu berlumuran dosa, secara etika masih sanggupkah kita memohon dan berdoa
langsung kepada Allah tanpa 'bertawasul' dengan para kekasih Allah
4.bertawasul adalah bagian dari pengakuan tawadhu kita pada Allah,kita merasa banyak Dosa dan salah sehingga 'perlu'untuk meminta di'antar'oleh para 'Kekasih Allah'agar Doa dan permohonan kita 'layak 'untuk di dengar dan di kabulkan oleh Allah..
Demikianlah sekelumit yg dapat Al-Faqir jabarkan dari terjemah hadist diatas ,semoga kita dapat memahami dan mengamalkanya dan menambah kemantaban dan keyakinan kita dalam mengikuti ajaran para pendahulu dan guru-guru kita yaitu para Ulama salafu Sholihin,meski sekarang banyak sekali kecaman dan hujatan bak cendawan di musim hujan yg ditujukan kepada amalan-amalan atau ajaran-ajaran tersebut,dengan keyakinan meski kita belum tau dalil atau hujahnya suatu amalan tapi kalau sudah diamalkan turun temurun oleh para Ulama pasti ada dalil dan hujahnya yg bersumber dari Al-Qur'an atau Sunnah Nabi saw,semoga Allah Swt senantiasa memberikan Taufiq dan hidayahnya kepada kita dan segenap orang-orang yg kita cintai,serta semua Umat Nabi Muhammad saw,untuk senatiasa berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Sunnah Nabi nya,sesuai ajaran Ulama Salafu Sholih..
Krapyak,Pekalongan 13 Shofar 1433 H/7 Januari 2012 M

Sabtu, 21 Januari 2012

AJARAN KEDUAPULUH
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Buanglah apa saja yang menyebabkan pikiranmu ragu terhadap halal atau haramnya sesuatu dan ambillah yang tidak menimbulkan keraguan kepadamu.”
Jika hal-hal yang meragukan bercampur dengan hal-hal yang tidak meragukan, maka ambillah yang tidak meragukan itu dan buanglah yang meragukan itu. Mengenai perkara yang menimbulkan keraguan dan senantiasa mengacaukan pikiranmu tentang halal atau haramnya perkara itu, Nabi SAW bersabda, “Berdosalah kamu, jika kamu menimbulkan kekacauan dalam hatimu.” Dalam hal ini, hendaklah kamu menunggu perintah batinmu. Jika kamu diperintahkan untuk melakukannya, maka lakukanlah dan jika kamu dilarang untuk melakukannya, maka janganlah kamu melakukannya, lupakanlah perkara itu dan kembalilah kepada Allah.
Jika kamu merasa bosan dan jenuh untuk bersabar, ridha dan bertawakal dengan tulus ikhlas kepada Allah dan di dalam keadaan ‘fana’, maka ketahuilah bahwa Allah Yang Maha Agung dan Maha Perkasa tidak butuh supaya Dia diingat, dan Dia tidak lupa kepada kamu dan mahluk-mahluk yang lain. Dia Maha Kaya dan Dia juga yang memberi makan dan rizki kepada orang-orang kafir, munafik dan orang-orang yang tidak patuh kepada-Nya. Tidak mungkin Allah itu lupa, wahai orang-orang yang beriman, yang percaya kepada keesaan- Nya, yang patuh kepada perintah-Nya dan yang berpegang teguh kepada-Nya siang dan malam.
Sekali lagi Nabi Muhammad SAW bersabda, “Buanglah apa saja yang meragukan pikiranmu dan ambillah yang tidak meragukannya.” Ini juga berarti kamu tidak boleh berkeinginan untuk mengambil apa- apa yang ada pada tangan orang lain, tidak boleh berangan-angan supaya orang lain memberimu sesuatu dan tidak boleh takut atau khawatir kepada mereka. Bertawakallah kepada Allah, harapkanlah pertolongan dari- Nya dan terimalah pemberian-Nya yang mungkin juga datang melalui mahluk-Nya. Inilah yang tidak menimbulkan keraguan dalam pikiranmu.
Jadikanlah satu saja sebagai tempatmu meminta, satu pemberi saja dan satu tujuan saja, yaitu Allah. Karena Dia-lah Tuhan Yang Maha Kaya dan Maha Agung. Dia-lah yang menguasai segala Raja dan mengontrol seluruh hati manusia yang diibaratkan sebagai raja bagi badan, lantaran hati itu mengontrol badan. Badan dan harta benda yang dimiliki oleh manusia itu, sebenarnya adalah kepunyaan Allah jua. Manusia adalah wakil Allah atau pemegang amanat-Nya. Apabila manusia memberimu sesuatu, maka sesungguhnya gerak tangan mereka itu adalah dengan ijin dan perintah Allah, dan sebenarnya adalah gerak Allah juga. Begitu juga, jika sesuatu itu ditahan untuk tidak sampai kepadamu. Pendek kata, Dia-lah yang memberi dan Dia jualah yang menahan pemberian itu.
Allah Yang Maha Tinggi berfirman, “Mintalah kepada Allah karunia-Nya.” Dia juga berfirman, “Sesungguhnya apa saja yang kamu sembah selain Allah tidak langsung dapat mengontrol rizki kamu. Oleh karena itu, mintalah rizki kepada Allah, sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya.” Dia juga berfirman, “Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka katakanlah bahwa Aku sangat dekat. Aku akan mengabulkan permintaan orang-orang yang meminta, apabila mereka meminta kepada-Ku.” Firman-Nya pula, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan doamu itu.” Firman-Nya lagi, “Sesungguhnya Allah itulah yang memberi rizki, Tuhan Yang Maha Gagah lagi Maha Perkasa.” Selanjutnya Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Allah memberi rizki kepada siapa yang dikehendaki-Nya dengan tiada terhingga.”
Sumber: : http://www.scribd.com/doc/28543643/futuhul-ghaib

Sabtu, 14 Januari 2012

Syaikh Muhammad Fadhil al-Jaelani al Hasani
Tasawuf PANDANGAN Syaikh Abdul Qadir Al-Jaelani Berdasarkan manhaj al-Quran dan Hadits
Bismillahirrahmanirrahim segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam. Shalawat beserta salam semoga dilimpahkan
kepada tuanku Abu Qasim semoga Allah Swt memberikan rahmat dan salam sejahtera kepadanya dan kepada keluarganya.
Syaikh Abdul Qadir al Jaelani berkata mengenai hakekat seorang sufi pada firman Allah Swt:
Katakanlah: “Aku tidak meminta upah sedikitpun kepada kamu dalam menyampaikan risalah itu, melainkan (‘mengharapkan kepatuhan’) orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Tuhannya.” (Al-Furqan: 57)
Katakanlah: Kepada mereka dengan mengejek dan tegas.
“Aku tidak meminta kepadamu Sama sekali tidak menuntut Dalam menyampaikan risalah itu,dalam menyampaikan tabligku padamu, atas wahyu yang diturunkan kepadaku, dan pemberianku pelajaran kepadamu, semata karena tuntutan Wahyu Ilahi.”
Upah,
Upah dan harta yang aku ambil dari kalian, lalu aku jadikan sebagai sarana untuk meraih tahta dan kekayaan serta berbagai kebanggaan. Sebagaimana yang banyak dilakukan oleh para Syeikh yang bodoh di zaman ini yang tak lebih dari pembantu-pembantu syetan yang mengaitkan dirinya dengan kaum Sufi.
Mereka inilah yang menggerakkan bentuk tipuan, tipudaya, dan mengeruk harta kaum awam yang lemah setelah merusak akidah mereka, dengan berbagai macam pemalsuan, penipuan, menghalalkan yang haram dan membolehkan hal yang dilarang serta memperkaya diri.
Dengan tindakan itu mereka mengklaim semua sebagai pemilik kekuasaan sampai jangka panjang, dan mereka memiliki banyak pengikut dan pendukung, mereka pun menyiapkan kontributor dan dukungan untuk tipuan mereka ini.
Setelah itu mereka membangkang kepada penguasa dan memiliki niat untuk keluar dari kekuasaan pemerintahan, memberontak kepada mereka serta menyibukkan diri dengan menghancurkan negeri dan menekan orang yang beriman, merampas harta masyarakat dan harga diri mereka bahkan memenjarakan keturunan mereka.
Pada saat yang sama mereka mengklaim diri sebagai orang yang benar, orang yang ma’rifat kepada Allah, mengklaim sebagai orang yang beriman, menjadi ahli hakikat dan yaqin. Ingatlah bahwa hal tersebut merupakan kerugian yang nyata dan kejahatan yang besar. Semoga Allah Swt melindungi kita dari kejahatan nafsu kita dari perbuatan buruk kita.
Namun aku tidak menuntut dengan tablighku ini, melainkan sebagai hidayah bagi orang-orang yang mau mencari jalan kepada Tuhannya.”
Yang mendidiknya dengan berbagai kemuliaan, jalan menuju Tuhannya yang bisa meraih ma’rifat dan peng-Esaan padaNya.
Syaikh Abdul Qadir Jaelani berkata mengenai sifat-sifat perilaku ruhani kaum Sufi dan peringkat kaum Sufi, dengan firman Allah Swt:
“Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.” (Fathir: 27)
“Tidakkah kamu melihat, Wahai orang yang melihat, yang mengambil pelajaran (dari penglihatannya) bahwasanya Allah Dzat Yang memiliki kemampuan sempurna, bagaimana menurunkan melimpahkan dari sisi langit yakni langit Asma’ dan Sifat Dzatiyah.
Hujan
yang menghidupkan bumi-bumi yang mati yang keras kerontang dalam terapan ketiadaannya lalu Kami hasilkan dari hujan-hujan itu yakni dengan air yang melimpah yang memancar dari Lautan Dzat pada bumi watak manusia.
Buah-buahan
berbagai hidangan yang beragam berupa ma’rifat-ma’rifat, hakikat-hakikat, kilatan cahaya dan limpahan anugerah yang melintas pada para pecinta dan para KekasihNya menurut kondisi ruhani dan maqom mereka.Yang beraneka macam jenisnya. Dengan segala metodenya baik secara ilmul yaqin, ainul yaqin maupun haqqul yaqin. Dan di antara gunung-gunung itu Yaitu para Wali Autad dan Wali Quthub yang siap menerima limpahan karomah dan ketersingkapan ruhani.

Ada garis-garis,
yakni garis jalan yang memiliki arah jalan menuju Ka’bah Dzat dan Arafahnya Asma’ dan Sifat, Putih bersih sampai puncak kemurniannya tanpa ada campuran dan perpaduan dengan berbagai ragam kenyataan alam dan hawa nafsu sama sekali.
Dan, sebagian, merah yang beraneka macam warnanya, sesuai dengan peringkat kedekatan mereka kepada Allah Ta’ala dan jaraknya dengan derajat utama.
Dan, sebagian, ada (pula) yang hitam pekat.”
Berakhir pada hitam dan kegelapan, yang tidak menyisakan sama sekali wujudnya dengan peringkat pertama, bahkan malah kontradiksi dan merusak martabat itu, yang sama sekali tidak memiliki hubungan antara keduanya.
Dikatakan: Allah Swt menyinggung dengan istilah garis-garis putih kepada kelompok Sufi yaitu orang-orang yang telah membersihkan bathin mereka dari sesuatu selain Allah Swt, bersih dari ciptaan bentuk semesta dan berbagai ragam relativitas.
AlIah Swt juga menyinggung dengan istilah garis-garis merah yang beraneka macam warnanya kepada kelompok mutakallimin, yaitu orang-orang yang telah mengkaji Dzat dan Sifat Allah Swt yang dikuatkan dengan dalil aqli dan naqli yang tidak dkuatkan dengan mukasyafah dan musyahadah, yang menghasilkan asumsi dan kebingungan, kecuali langka jumlahnya.
Allah Swt juga menyinggung dengan istilah “dan ada (pula) yang hitam pekat” untuk fuqaha, yaitu orang-orang yang tebal hijabnya serta tebal pula kain penutup serta tabir mereka, sehingga tidak lagi tersisa di hati mereka suatu tempat sedikitpun yang layak untuk menerima pancaran sinar cahaya al Haq Allah Swt, bahkan mereka telah menghitamkan cahaya tersebut serta membentuknya lalu mengeluarkannya dari fitrah suci Allah, yang Allah Swt ciptakan untuk manusia.
Syaikh Abdul Qadir Jaelani berkata mengenai sifat para ‘arif billah pada firman Allah Swt:
“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Dan
Kami keluarkan dari pengaruh pendidikan dibalik air dan menghidupkan bumi yang mati itu, Demikian (pula) di antara manusia yang tenggelam dalam kelalaian dan kealpaan.
Dan binatang-binatang melata terlepas dari peringkat pemahaman dan perasaan yang berhubungan dengan kehidupan dunia dan akhirat.
Dan binatang-binatang ternak yang terlena oleh kenikmatan jasmani dan syahwat nafsu. Ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya),Yakni jenis-jenis, kelompok, bentuk dan gerakannya. Intinya.
Sesungguhnya yang takut kepada Allah Dan takut akan hantaman Allah di antara hamba-hamba-Nya yang dicipta dari ketiadaan tersembunyi, melalui percikan aliran Lautan WujudNya menurut terapan Sifat KedermawananNya.
Hanyalah ulama Yang ma’rifat kepada Allah Swt dan sifat-sifatNya yang paripurna yang melimpah pada mereka, dan AsmaNya yang Agung, yang melebur dalam hakikat derajat Tauhid, yang tersingkap melalui rahasia Wahdatudz-Dzat pada seluruh manifestasiNya, karena yang paling takut kepada Allah Swt adalah yang paling mengenalNya. Karena itulah Rasulullah Saw bersabda, “Akulah yang paling takut kepada Allah dan paling taqwa padaNya.” (Hr. Bukhari)
Bagaimana para arifun tidak takut kepada Allah Swt.? Sesungguhnya Allah Yang berselendang dengan selendang Keagungan dan Kebesaran.
Maha Perkasa Mengalahkan hamba yang dikehendaki untuk mendapatkan siksaNya.
Lagi Maha Pengampun Atas dosa-dosa orang yang bertaubat kepada Allah Swt, dan kembali kepadaNya.(bersambung).
Sumber: http://sufinews.com/

Sabtu, 07 Januari 2012

AJARAN KESEMBILANBELAS
Apabila iman kamu masih lemah lalu kamu berjanji, maka hendaklah kamu menepati janji itu. Jika tidak, maka keimananmu itu akan berkurang dan kepercayaanmu semakin hilang. Tetapi, jika iman kamu itu telah kuat dan tertanam kokoh di dalam hati sanubarimu lalu kamu banyak menerima firman Allah, “Dan raja berkata, “Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat padaku.” Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata, “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami.” (QS 12:54). Maka kamupun akan menjadi orang pilihan Tuhan, lalu kehendak, nafsu dan perbuatanmu sendiri akan hilang, kamu terus menjadi dekat dengan Tuhan yang kedekatan-Nya itu tidak terlihat olehmu dan kamu terus tenggelam di hadirat Illahi.
Maka jadilah kamu seperti bak yang bocor, tidak ada air yang dapat tinggal di dalam bak itu, dan jadilah kamu seperti tong kosong yang berlubang. Dengan demikian, hati kamu hanya dipenuhi oleh Allah, tidak ada yang lain di dalam hatimu itu, kecuali Dia dan kamu bersih dari segala sesuatu selain Allah. Sehingga Allah meridhai kamu, kamu dijanjikan akan mendapatkan rahmat, nikmat dan ampunan-Nya dan kamu merasa senang kepada-Nya.
Kemudian kamu akan diberi suatu janji, dan apabila kamu merasa puas dengan janji itu dan tampak tanda keinginanmu padanya, maka janji itu akan ditukar dengan janji yang lebih tinggi lagi, kamu akan diberi perasaan cukup diri (self sufficiency), pintu ilmu akan dibukakan untuk kamu, kamu akan disinari dengan pengetahuan untuk memahami rahasia-rahasia ke-Tuhan-an dan kamu akan merasakan bertambahnya keadaan kerohanianmu.
Selanjutnya kamu akan menerima pangkat kerohanian yang tinggi, kamu akan diberi rahasia-rahasia ke-Tuhan-an, dadamu menjadi lapang, lidahmu berkata lantang, ilmumu tinggi dan kamu cinta kepada Allah. Kamu akan dikasihi oleh semua orang, semua manusia, jin dan mahluk-mahluk lainnya di dunia ini dan di akhirat. Apabila kamu telah menjadi kekasih Allah, maka semua mahlukpun akan mengasihimu, lantaran semua mahluk itu takluk kepada Allah, kasih mereka masuk ke dalam kasih Allah, sebagaimana benci mereka masuk ke dalam benci Allah.
Kamupun dinaikkan ke pangkat ini, di mana kamu tidak lagi mempunyai kehendak kepada yang lain
selain Allah.
Setelah ini kamu akan diberi kehendak kepada sesuatu lalu kehendak itu akan dilepaskan dari kamu dan kamupu terhindar darinya. Kamu tidak akan diberi perkara-perkara yang kamu kehendaki di dunia ini, dan di akhirat kelak kamu akan diberi gantinya, kamu akan lebih didekatkan kepada Allah SWT dan segala sesuatu yang kamu kehendaki itu akan menyejukkan matamu di surga.



Dia memanifestasikan kerja-Nya melalui kamu. Jika kebaikan yang kamu dapati, maka bersyukurlah. Dan menganiaya kamu. Sebab, kamu, keluargamu dan sudara-saudaramu adalah orang-orang Islam dan beriman juga serta keturunanmu dan keturunannya adalah keturunan Adam dan Hawa pula.
Allah menjadikan kamu seperti itu, karena kamu adalah orang yang suci dan rahmat Allah yang berupa kesabaran, tawakal, keridhaan, keimanan dan ilmu senantiasa meliputimu dengan tiada henti-hentinya. Cahaya Iman dan Tauhid akan menyelimuti hati kamu. Sehingga timbullah pokok-pokok keimanan di dalam dirimu dengan suburnya dan penuh dengan buah-buah yang ranum serta lezat dengan cita rasanya. Pokok keimanan itu semakin bertambah besar dan tinggi serta daunnya rindang tanpa diberi pupuk lagi. Apa yang telah ditentukan untuk kamu, pasti akan kamu terima, baik kamu sukai maupun tidak. Oleh karena itu, janganlah kamu tamak dan terburu nafsu dan jangan pula kamu merasa sedih lantaran kamu tidak mendapati apa yang telah didapati oleh orang lain.
Apa yang tidak kamu miliki itu mempunyai dua kemungkinan; pertama, ia adalah milik kamu, maupun kedua, ia adalah milik orang lain. Apa yang telah ditetapkan untuk kamu, pasti akan datang kepada kamu dan kamu akan dibawa untuk mendapatkannya dengan segera. Dan apa yang bukan milikmu, akan dijauhkan dari kamu, kamu akan dijauhkan darinya dan kamu pasti tidak akan mendapatinya. Oleh karena itu, berpuas hatilah kamu dengan apa yang ada pada kamu, patuhlah kepada Allah dan janganlah kamu melihat selain Allah.
Firman Allah, “Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada sebagian dari mereka sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.”
Oleh karena itu, Allah tidak menyukai kamu menjadi tamak dan menginginkan kepunyaan orang lain. Tapi, hendaknya kamu berpuas hati dan rela dengan apa yang telah ada pada kamu, dan hendaklah kamu berserah diri kepada Allah. Apa yang tidak kamu punyai itu adalah ujian bagi orang lain yang mempunyai. Apa yang kamu punyai itu adalah lebih baik dan lebih bersih daripada apa yang tidak kamu punyai. Jadikanlah ini sebagai jalan hidupmu dan perilakumu, agar kamu selamat dan diberi kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Firman Allah, “Tidak ada seorangpun yang mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam ni’mat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”
Oleh karena itu, tidak usah kamu melebihi lima cara penyembahan dan mengelakkan segala dosa yang disebutkan itu serta tidak ada yang lebih besar, lebih mulia, lebih disukai dan lebih diridhai oleh Allah daripada apa yang telah kami sebutkan itu. Semoga Allah memberikan daya dan upaya kepada kita semua untuk melakukan apa yang disukai dan diridhai-Nya dengan karunia-Nya juga.
Sumber: : http://www.scribd.com/doc/28543643/futuhul-ghaib