Perjalanan bersama Ilmu Amaliah dan Amal Ilmiah Menyambut Pecinta Kesucian jiwa mengarungi Lautan Tanpa Tepi Mencari Barokah dan Menabur Barokah untuk Sesama.

Rabu, 19 September 2012

AJARAN KEDUAPULUH DELAPAN

Kamu menginginkan kesentosaan, kebahagiaan, keselamatan, kedamaian, keberkatan dan kemerdekaan, sedangkan kamu masih saja berada dalam proses penghapusan nafsu-nafsu kebinatanganmu, kamu masih berjuang dengan hawa nafsumu, masih juga ingin kembali ke dunia atau ke akhirat dan masih ada sisa-sisa semua itu dalam diri kamu. Berjuanglah lagi sampai kamu kuat. Jangan terburu-buru. Berjalanlah dengan lambat, asalkan kamu selamat. Bersihkan diri kamu dari sisa-sisa semua itu. Kamu belum masuk ke dalam ‘fana’, selagi kamu masih mempunyai keinginan-keinginan kepada dunia atau mahluk-mahluk lain. Dengan lain perkataan, kamu masih juga menginginkan selain Allah. Jika kamu telah dapat melepaskan hati kamu dari apa saja selain Allah, maka barulah kamu terlepas dari ikatan-ikatan yang menambat kamu untuk menuju kepada Allah. Apabila kamu telah terlepas dari semua itu dan kamu sedang berada di hadapan Allah, maka kamu akan dimuliakan dan firman Allah berikut ini akan ditujukan kepada kamu,

Sabtu, 15 September 2012



Islam Masuk ke Indonesia Sejak Abad ke 1 H

Mereka mengatakan bahwa ibadah kaum muslim di negeri kita mengikuti nenek moyang. Apakah prasangka mereka kita mengikuti kaum Hindu atau Buddha ?  Itu sama saja mereka terhasut pencintraan yang dilakukan kolonialisme Belanda.
Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya “API SEJARAH” jilid 1 mengungkapkan.
Dengan sengaja, sejarawan Belanda pada masa pemerintah kolonial Belanda membuat periodisasi sejarah Indonesia, memundurkan waktu masuknya agama Islam berada jauh di belakang atau sesudah keruntuhan kekuasaan politik Hindu atau Keradjaan Hindoe Majapahit. 

Sabtu, 01 September 2012

Syeikh Abul Hasan Asy-Syadzily
Barangsiapa  memutuskan diri untuk tidak mengurus dirinya dan melimpahkan urusannya pada Allah; memutuskan pilihannya hanya pada pilihan Allah;  memutuskan pandangannya  hanya memandang Allah;  memutuskan kebaikannya hanya pada ilmu Allah disebabkan oleh disiplin kepatuhan dan ridhanya; kepasrahan total dan  tawakalnya pada Allah;
maka Allah benar-benar menganugerahkan kebaikan  nurani hati, yang juga disertai dengan dzikir, tafakkur dan hal-hal lain yang sangat istimewa.
 (Syeikh Abul Hasan berkata pada salah satu muridnya): Aku melihatmu senantiasa mengekang nafsumu dan menarik perkaramu dalam memerangi nafsumu itu. Engkau wahai Luka’ bin  Luka’, maksudku dengan itu menyatakan dua nafsu, terhadap leluhur dan pada anak-anak.