Perjalanan bersama Ilmu Amaliah dan Amal Ilmiah Menyambut Pecinta Kesucian jiwa mengarungi Lautan Tanpa Tepi Mencari Barokah dan Menabur Barokah untuk Sesama.

Senin, 28 Mei 2012


IMAM IBNU TAYMIYYAH “PENGAGUM TASHOWWUF”
By mbahlalar
Sebuah sejarah yang hilang dari ibnu Taymiah
 Para pengagum beliau menganggap bahwa ahli fikih dan hafidz hadis dari mazhab Hambali ini adalah musuh kaum sufi, dan beliau merupakan tokoh utama gerakan “Salafi” yang bertanggung jawab atas lahirnya gerakan masa sekarang yang mengarah pada ketidak tahuan sama sekali berkenaan dengan tasawuf. Padahal, Ibn Taymîyah sendiri sebenarnya adalah seorang sufi. Kaum “Salafi” berhati-hati sekali untuk tidak pernah memperlihatkan Ibn Taymîyah yang sufi, seakan beliau secara tegas menghalangi gerakan anti sufi, yang mereka arahkan kepada beliau. Perbincangan Ibn Taymîyah mengenai tasawuf penuh dengan hal-hal yang bertentangan dan membingungkan. Meskipun beliau menyamaratakan semua jenis tudingan terhadap kaum sufi, beliau tidak dapat mengingkari keagungan tasawuf seperti yang disepakati oleh umat, jauh sebelum beliau muncul. Walhasil, beliau sering tersaksikan merendahkan tasawuf, mempertanyakan orang-orang sufi sezamannya, dan membuat keutamaan kelompok kecil kaum Muslim ini menjadi kelompok biasa-biasa saja. Pada saat yang sama, beliau berbangga sebagai orang sufi dari tarekat Qâdiriyyah yang memiliki garis suksesi langsung ke Syekh ‘Abd al-Qâdir al-Jîlâni, sebagaimana ditunjukkan dalam uraian berikut.

Minggu, 27 Mei 2012

AJARAN KEDUAPULUH TIGA

Puaskanlah hatimu dengan apa yang ada pada kamu, sampai datang takdir Allah untuk meninggikan derajatmu, di mana kamu diselamatkan dari kesusahan hidup di dunia dan di akhirat dan dari dosa serta noda. Kamu akan dinaikkan ke derajat yang lebih tinggi, sehingga kamu puas dan bahagia. Apa yang telah ditetapkan untuk kamu, pasti akan kamu dapatkan dan apa yang tidak ditetapkan untuk kamu, tidak akan kamu dapatkan. Karenanya, senantiasalah kamu bersabar dan ridha dengan keadaan yang telah ada pada kamu. Janganlah kamu berpura-pura pintar dan menuruti kehendakmu sendiri, melainkan tunggulah sampai kamu mendapatkan perintah.
Janganlah kamu bertindak sendiri dan jangan pula kamu berdiam diri, karena hal ini akan merendahkan kedudukanmu dan menganiaya dirimu sendiri. Tuhan tidak akan lupa kepada orang yang berbuat aniaya (zhalim). Firman Allah, “Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zhalim itu menjadi teman sebagian yang lain, disebabkan apa yang mereka usahakan.”

AJARAN KEDUAPULUH EMPAT

Janganlah kamu ingkar kepada Allah. Berpegang teguhlah kepada-Nya. Kembalilah kepada-Nya dengan penuh kekhusyuan dan dengan merendahkan diri. Bertawakallah kepada-Nya dengan sepenuh penyerahan. Janganlah kamu menuruti hawa nafsu kebinatanganmu. Janganlah kamu hanya mencari kepentingan di dunia atau di akhirat saja atau mencari kedudukan yang lebih tinggi atau lebih mulia. Ketahuilah bahwa kamu itu adalah hamba-Nya. Sedangkan hamba dan segala yang dimilikinya adalah kepunyaan tuannya. Si hamba tidak mempunyai apa-apa. Tuannyalah yang memiliki segalanya. Hendaklah kamu bersopan santun dan jangan pula menyalahkan tuan kamu itu. Segalanya telah ditentukan olehnya. Apa yang telah didahulukan olehnya tidak dapat dikemudiankan dan apa yang dikemudiankan tidak dapat didahulukan. Dia telah memberi kamu tempat kediaman yang kekal di akhirat. Dialah Tuan kamu. Dia memberimu karunia yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah dirasa oleh hati. Firman Tuhan, “Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam ni’mat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS 32:17).
Ini adalah ganjaran bagi mereka dari perbuatan mereka di dunia ini, seperti mematuhi hukum-hukum Allah, bersabar diri untuk tidak melakukan dosa dan maksiat serta bertawakal penuh kepada Allah dan ridha dengan-Nya.

HABIB AL-’AJAMI ra

Sang Sufi dari Persia
Habib bin Muhammad al-’Ajami al-Bashri, seorang Persia yang menetap di Bashrah, adalah seorang ahli Hadits terkenal yang merawikan hadits-badits dari Hasan al-Bashri, Ibnu Sirin dan tokoh-tokoh terpercaya lainnya. Pertaubatannya dari kehidupan yang ugal-ugalan dan berfoya-foya adalah karena dalil-dalil yang dikemukakan oleh Hasan dengan sedemikian fasihnya. Habib aI•’Ajami sering mengikuti pengajaran-pengajaran yang disampaikan oleh Hasan sehingga akhirnya ia menjadi salah seorang sahabat beliau yang paling akrab.
KISAH HABIB Sl ORANG PARSI
Semula Habib adalah seorang yang kaya raya dan suka membungakan uang. la tinggal di kota Bashrah, dan setiap hari berkeliling kota untuk menagih piutang-piutangnya. Jika tidak memperoleh angsuran dari langganannya maka ia akan menuntut uang ganti rugi dengan dalih alas sepatunya yang menjadi aus di perjalanan. Dengan cara seperti inilah Habib menutupi biaya hidupnya sehari-hari.

Sabtu, 26 Mei 2012

Perkembangan Tarekat


Perkembangan Tarekat di Indonesia
Pada awalnya, negara yang mempengaruhi berkembangnya tarekat di Indonesia adalah India (Gujarat), dari sanalah Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumatrani (w. 1630) dan Nuruddin ar-Raniri belajar menimba ilmu dan mendapatkan ijazah serta menjadi khalifah. Namun pada abad-abad berikutnya, beberapa tarekat besar masuk ke Indonesia melalui Makkah dan Madinah. Dengan cara ini pula Tarekat Syattariyah yang berasal dari India berkembang di Makkah dan Madinah dan kemudian berpengaruh luas di Indonesia. Shufi Indonesia yang pertama kali menulis karangan tentang tarekat adalah Hamzah Fansuri. Dari namanya saja kita tahu bahwa beliau berasal dari kota Fansur (sebutan orang Arab untuk kota Barus, kota kecil di pantai barat Sumatra yang terletak antara Sibolga dan Singkel). Dalam tulisannya, ia mengungkapkan gagasan nya melalui syair bercorak wihdatul-wujud yang cendrung kepada penafsiran panteistik. Dalam syairnya Hamzah juga bercerita tentang kunjungannya ke Makkah, al-Quds, Baghdad (disana ia mengunjungi makam syekh ‘Abdul-Qadir al-Jilani) dan ke Ayuthia. Dalam syairnya juga ia mengaku menerima ijazah Tarekat Qadiriyah di Baghdad bahkan diangkat menjadi khalifah dalam tarekat ini. Dengan demikian jelaslah, bahwa Hamzah Fansuri (w 1590) adalah shufi pertama di Indonesia yang diketahui secara pasti menganut Tarekat Qadiriyah.

Kamis, 24 Mei 2012

Hierarki Kewalian

Syaikhul Akbar Ibnu Araby dalam kitab Futuhatul Makkiyah membuat klasifikasi tingkatan wali dan kedudukannya. Jumlah mereka sangat banyak, ada yang terbatas dan yang tidak terbatas. Sedikitnya terdapat 9 tingkatan, secara garis besar dapat diringkas sebagai berikut :
1. Wali Aqthab atau Wali Quthub Wali yang sangat paripurna. Ia memimpin dan menguasai wali diseluruh alam semesta. Jumlahnya hanya seorang setiap masa. Jika wali ini wafat, maka Wali Quthub lainnya yang menggantikan.
2. Wali Aimmah Pembantu Wali Quthub. Posisi mereka menggantikan Wali Quthub jika wafat. Jumlahnya dua orang dalam setiap masa. Seorang bernama Abdur Robbi, bertugas menyaksikan alam malakut. Dan lainnya bernama Abdul Malik, bertugas menyaksikan alam malaikat.

Kamis, 17 Mei 2012

AJARAN KEDUAPULUH LIMA

Wahai orang-orang yang miskin harta benda, mereka yang dijauhkan dari dunia dan wahai orang- orang yang tidak terkenal, yang lapar dan dahaga, yang tidak berpakaian, yang remuk hatinya, yang berkelana dari satu mesjid ke mesjid lainnya dan tempat-tempat sunyi, yang dibenci oleh orang-orang lain dan yang jauh dari cita-citanya, janganlah kamu menyangka bahwa Allah telah menjadikan kamu miskin papa, mencabut dunia dari kamu, memurkai kamu, memusuhi kamu dan menghinakan kamu, padahal saudara-saudara kamu dilebihkan oleh Allah dengan kesenangan dan kekayaan dunia ini. Janganlah kamu mengira bahwa Tuhan itu menganiaya kamu.
Sebab, kamu, keluargamu dan sudara-saudaramu adalah orang-orang Islam dan beriman juga serta keturunanmu dan keturunannya adalah keturunan Adam dan Hawa pula. Allah menjadikan kamu seperti itu, karena kamu adalah orang yang suci dan rahmat Allah yang berupa kesabaran, tawakal, keridhaan, keimanan dan ilmu senantiasa meliputimu dengan tiada henti-hentinya.

Minggu, 06 Mei 2012

PERAN TASAWWUF DALAM ISLAMISASI INDONESIA

 
Oleh : Dr. Ikzan Badruzzaman
Islamisasi di Indonesia terjadi pada saat tasawuf menjadi corak pemikiran dominan di dunia Islam. Umum nya, sejarawan Indonesia mengemukakan bahwa meskipun Islam telah datang ke Indonesia sejak abad ke-8 M., namun sejak abad ke-13 M. mulai berkembang kelompok-kelompok masyarakat Islam. Hal ini bersamaan dengan periode perkembangan organisasi-organisasi thariqat. Agaknya hal ini yang menyebabkan berkembangnya ajaran tasawwuf dengan organisasi thariqatnya di Indonesia. Dapat dikatakan bahwa sukses dari penyebaran Islam di Indonesia berkat aktivitas para pemimpin thariqat. Tidak dapat disangkal bahwa Islam di Indonesia adalah islam versi tasawauf Tasawuf dan thariqat pernah menjadi kekuatan politik di Indonesia. Tasawuf dan thariqat mempunyai peran yang penting memperkuat posisi Islam dalam negara dan masyarakat, serta pengembangan lingkungan masyarakat lebih luas. Beberapa peran itu di antaranya :